Tugas
“PROSES
TERBENTUKNYA PULAU SULAWESI”
Oleh:
1.
Faldy Koungo
2.
Fadlia Humokor
PRODI
PENDIDIKAN GEOGRAFI
JURUSAN ILMU TEKNOLOGI
DAN KEBUMIAN
FAKULTAS MATEMTIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI
GORONTALO
2016
PROSES
TERBENTUKNYA PULAU SULAWESI
Pada mulanya, konon, bumi hanya terdiri dari satu benua
yanng disebut “Pangea”. Benua yang hanya satu-satunya ini kemudian pecah
menjadi dua bagian pada sekitar 240 juta tahun yang lalu. Dua bagian ini
disebut benua Laurasia di sebelah utara, dan benua Gondwana di sebelah selatan.
Seiring
dengan berjalannya waktu, Gondwana lalu pecah lagi menjadi beberapa bagian;
salah satunya merupakan cikal bakal benua Australia yang sekarang. Dari cikal
bakal benua Autralia ini selanjutnya pecah lagi menjadi potongan-potongan kecil
yang terombang-ambing kesana-kemari sebelum akhirnya membentuk pulau Sulawesi
pada kira-kira 26 juta tahun yang lalu.
Sulawesi
atau Pulau Sulawesi adalah
sebuah pulau
dalam wilayah Indonesia
yang terletak di antara Pulau Kalimantan
disebelah barat dan Kepulauan Maluku disebelah timur. Dengan luas wilayah sebesar
174.600 km², Sulawesi merupakan pulau terbesar ke-11 di dunia. Di Indonesia
hanya luas pulau Sumatera, Kalimantan,
dan pulau Papua
sajalah yang lebih luas wilayahnya daripada pulau Sulawesi, sementara dari segi
populasi hanya pulau Jawa
dan Sumatera
sajalah yang lebih besar populasinya daripada Sulawesi.
1.
Sejarah Geomorfologi dan Proses
Tektonik yang Membentuk Pulau Sulawesi
Profesor John A. Katili, ahli
geologi Indonesia yang merumuskan geomorfologi Pulau Sulawesi bahwa
terjadinya Sulawesi akibat tabrakan dua pulau (Sulawesi bagian Timur dan
Sulawesi bagian Barat) antara 19 sampai 13 juta tahun yang lalu, terdorong oleh
tabrakan antara lempeng benua yang merupakan fundasi Sulawesi Timur
bersama Pulau-Pulau Banggai dan Sula, yang pada gilirannya merupakan bagian
dari lempeng Australia, dengan Sulawesi Barat yang selempeng dengan pulau-pulau
Kalimantan, Jawa dan Sumatra, Sulawesi menjadi salah satu wilayah geologis
paling rumit di dunia.
Perbedaan geomorfologi kedua pulau
yang bertabrakan secara dahsyat itu menciptakan topografi yang bergulung
gulung, di mana satu barisan gunung segera diikuti barisan gunung lain, yang
tiba-tiba dipotong secara hampir tegak lurus oleh barisan gunung lain. Kurang
lebih seperti kalau taplak meja disorong dari beberapa sudut dan arah
sekaligus.Makanya jarang kita bisa mendapatkan pemandangan seperti di Jawa,
Sumatera, atau Kalimantan, di mana gununggunung seperti kerucut dikelilingi
areal persawahan atau hutan sejauh mata memandang. Kecuali di Sulawesi
Selatan (itupun di selatan Kabupaten Enrekang), kita sulit menemukan hamparan
tanah pertanian yang rata.
Sederhananya, Sulawesi adalah pulau gunung,
lembah, dan danau, sementara dataran yang subur, umumnya terdapat di sekeliling
danau-danau yang bertaburan di keempat lengan pulau Sulawesi. Ekologi yang
demikian ikut menimbulkan begitu banyak kelompok etno-linguistik. Setiap kali
satu kelompok menyempal dari kelompok induknya dan berpindah menempati sebuah
lembah atau dataran tinggi di seputar danau, kelompok itu terpisah oleh suatu
benteng alam dari kelompok induknya, dan lewat waktu puluhan atau ratusan
tahun, mengembangkan bahasa sendiri. Geomorfologi yang khas ini menyebabkan
pinggang Sulawesi Tana Luwu dan Tana Toraja di provinsi Sulawesi Selatan,
bagian selatan Kabupaten Morowali, Poso, dan Donggala di provinsi Sulawesi
Tengah, dan bagian pegunungan provinsi Sulawesi Barat sangat kaya dengan
berbagai jenis bahan galian. Batubara terdapat di sekitar Enrekang, Makale, dan
Sungai Karama. Sulawesi Barat sebelah utara, terdapat tambang batubara dan
banyak jenis logam tersebar di berbagai pelosok Sulawesi. Tembaga dan nikel
terdapat di sekitar Danau-Danau Matano, Mahalona dan Towuti. Bijih besi
bercampur nikel, yang diduga berasal dari meteor, memungkinkan lahirnya pandai
besi di lembah-lembah Rampi, Seko dan Rompong di hulu Sungai Kalaena (Luwu
Utara) dan di Ussu, dekat Malili (Luwu Timur).
Berikut
skema terbentuknya Pulau Sulawesi :
A. EOSEN (65-40 juta tahun yang lalu)
Proses pembentukan pulau Sulawesi
yang unik telah melalui proses yang juga unik yaitu hasil akhir dari sebuah
kejadian apungan benua yang diawali 65 juta tahun lalu. Saat itu ada 2 daratan
yaitu cikal bakal kaki Sulawesi Tenggara dan Timur, dan cikal bakal kaki
Sulawesi Selatan, Barat dan Utara. Kedua apungan daratan itu terbawa bergerak
ke barat menuju Borneo (sekarang bernama Kalimantan). Proses tumbukan akibat
apungan lempeng benua itu menyebabkan kedua daratan itu mulai terkumpul menjadi
satu daratan baru.
B.
MIOSEN
(40-20 juta tahun yang lalu)
Pada zaman ini pergerakan lempeng
kearah barat disertai dengan persesaran yang menyebabkan mulai terjadi
perubahan ekstrim bentuk daratan. Bagian tengah ketiga daratan itu tertekuk
akibat benturan atau pergeseran, sebuah proses yang lebih kuat dibandingkan apa
yang terjadi di kedua ujung atas dan bawahnya (daratan utara dan selatan).
Proses tektonik berlangsung kuat di daerah yang tertekuk itu sehingga
menyebabkan pencampur-adukan jenis-jenis batuan yang berasal dari lingkungan
pengendapan yang berbeda.
C.
PLIOSEN
(15-6 juta tahun yang lalu)
Hingga zaman ini proses penumbukan
kedua daratan itu terus berlangsung, bahkan apungan hasil tumbukan terus
bergerak hingga mendekat ke daratan Kalimantan lalu berhenti di sana.
Persesaran yang telah mulai sejak zaman Miosen masih terus berlangsung, bahkan
berdampak apada pemisahan kelompok batuan dari kawasan di sekitar danau Poso
dan kelompok batuan sekitar danau Matano. kedua kelompok batuan ini meski
lokasinya berdampingan, namun memperlihatkan asosiasi batuan yang berbeda.
D. PLITOSEN (4-2 juta tahun yang lalu)
Pada
zaman ini mulai berlangsung fenomena baru, yaitu proses pemekaran dasar samudra
di laut antara Kalimantan dan Sulawesi (sekarang dikenal dengan selat Makasar).
Pemekaran dasar samudra ini menyebabkan cikal bakal atau pulau Sulawesi purba.
Dan pulau Sulawesi purba ini kembali bergerak ke timur menjauhi Kalimantan.
kecepatan gerakan apungan di atas lempeng benua adalah peristiwa yang
berlangsung perlahan namun konsisten dengan laju beberapa centimeter
pertahun. Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi barat bertabrakan dengan
Kalimantan timur pada akhir Pliosen yang sementara itu menutup selat Makasar dan
baru membuka kembali dalam periode Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang
menunjang pendapat ini. Endapan tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar
memberikan petunjuk bahhwa Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan
sekurang-kurangnya 25 Ma. Di daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut
sampai 100 meter akan menyebabkan munculnya daratan yang bersinambungan antara
Kalimamantan tenggara dan Sulawesi barat daya. Dengan demikian, suatu
pengamatan yang menarik ialah bahwa garis kontur 1000 m di bawah laut di
sebelah timur Kalimantan persis sama dengan garis yang sama di Sulawesi barat,
sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya jauh lebih sempit. Sulawesi meliputi
tiga propinsi geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan
kerak bumi. Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang
dipisahkan oleh patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan
Palu Koro), serta Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang
Luwuk dan Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula
(yang kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku). Pergerakan kerak
bumi pada lempeng Indo-Australia dan Pasifik yang mengarah ke utara bertemu
dengan pergerakan lempeng Eurasia yang cenderung ke arah selatan. meskipun
pergerakan kerak bumi sangat kecil, yaitu sekitar 5 hingga 7 sentimeter per
tahun, namun sangat berpengaruh terhadap aktivitas tektonik kerak bumi.
Perubahan letak ini nantinya bakal mengakibatkan struktur lempeng menjadi labil
dan rapuh. Dari sejarah geologi, daratan Sulawesi terbentuk akibat adanya
aktivitas tektonik. Dengan pengaruh pergerakan ketiga lempengan yang ada,
membentuk struktur geologi dan pulau-pulau yang begitu rumit dan beriringan.
Dari sesar-sesar yang ada, terdapat sesar aktif yang sewaktu-waktu bergerak.
Aktifnya sesar ini apabila dipicu pergerakan lempeng yang melepaskan energi
relatif besar. Salah satunya akan berakibat terjadinya gempa tektonik yang
kemudian disusul tsunami.
2.
Geologi Pulau Sulawesi
Secara geologi, sulawesi merupakan
wilayah yang geologinya sangat komplek, karena merupakan perpaduan antara dua
rangkaian orogen (Busur kepulauan Asia timur dan sistem pegunungan sunda).
Sehingga, hampir seluruhnya terdiri dari pegunungan, sehingga merupakan daerah
paling berpegunungan di antara pulau-pulau besar di Indonesia.
Sulawesi terletak pada pertemuan 3
Lempeng besar yaitu Eurasia, Pasifik,dan Indo-Australia serta sejumlah lempeng
lebih kecil (Lempeng Filipina) yang menyebabkan kondisi tektoniknya sangat
kompleks. Kumpulan batuan dari busur kepulauan, batuan bancuh, ofiolit, dan
bongkah dari mikrokontinen terbawa bersama proses penunjaman, tubrukan, serta
proses tektonik lainnya.
Secara
rinci fisiografi sulawesi adalah sebagai berikut :
1.
Lengan Utara Sulawesi
Pada
lengan ini, fisiograsinya terbagi menjadi tiga bagian berdasarkan aspek
geologinya. Ketiga bagian tersebut adalah :
Ø Seksi Minahara, merupakan ujung
timur dari lengan utarasulawesi dengan arah timur laut barat daya yang
bersambung dengan penggungan sangihe yang didirikan oleh aktifitas vulkanis
pegunungan soputan.
Ø Seksi gorontalo merupakan bagian
tengah dari lengan utara sulawesi dengan arah timur ke bawah, namun aktifitas
vulkanis sudah padam yang lebar daratanya sekitar 35-110 km, tapi bagian
baratnya menyempit 30 km (antara teluk dondo dipantai utara dan tihombo di
pantai selatan). Seksi ini dilintasi oleh sebuah depresi menengah yang
memanjang yaitu sebuah jalur antara rangkaian pegunungan di pantai utara dan
pegunungan di pantai selatan yang disebut zone limboto.
Ø Jenjang sulawesi utara, merupakan
lengan utara sulawesi yang arahnya dari utara ke selatan dan terdapat depresi
(lanjutan zone limboto di gorontalo) yang sebagian besar di tutup oleh
vulkan-vulkan muda, sedangkan antara lengan utara dan lengan timur di pisahkan
oleh teluk tomini yang lebarnya 100 km di bagian timur dan sampai 200 km di
bagian barat sedangkan dasar teluknya semakin dangkal kea rah barat ( ( kurang
dari 2000 meter ) dan di bagian tengah teluk tomini tersebut terdapat
pegunungan di bawah permukaan air laut dengan bagian tinggi berupa kepulauan
togian.
2.
Lengan Timur
Lengan timur sulawesi arahnya timur laut
barat daya dan dapat di bedakan menjadi tiga bagian. Tiga bagian tersebut
adalah :
Ø Bagian timur, berupa semenanjung
Bualeno yang di pisahkan dengan bagian tengah oleh tanah genting antara teluk
poh dan teluk besama.
Ø Bagian tengah, dibentuk oleh
pegunungan Batui dengan pegunungan Batulumpu yang arahnya timurlaut-baratdaya
yang berangsur-angsur lenardari 20 km di timur sampai 80 km di utara Bungku.
Ø Bagian barat, merupakan pegunungan
tinggi yang membujur antara garis ujng Api sampai Teluk Kolokolo bagian timur
dan garis Lemoro sampai teluk Tomini di barat dan lebarnya sekitar 75-100 km.
3.
Lengan Tenggara
Batas
antara lengan tenggara dengan bagian tengah sulawesi adalah berupa tanah
gentingantara teluk Usu dengan teluk Tomori yang lebarnya 100 km. Sedangkan
lengan tenggara Sulawesi dapat dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu :
Ø Bagian
utara, berupa massip-massPeridotit dari pegunungan Verbeek yang di tengahnya
terdapat dua graben yaitu danau Matana dan Danau Tomini yang letaknya berada
ntara teluk Palopo (Ujung utara teluk Bone) dengan Teluk Tolo.
Ø Bagian Tengah, berupa Pegunungan Mekongga di sebelah barat
dan sediment peridorit di sebelah timur yang di batasi oleh Pegunuingan
Tangeasinua, sedangkan antara kedua pegunungan tersebut terdapat basin yang
dialiri sungai Konewha, sedangkan kea rah tenggara jalur ini tenggelam dan
membentuk teluk-teluk dan pulau-pulau kecil serta berkelanjutan sampai
kepulauan Manui.
Ø Bagian Selatan, merupakan suatu depresi yang membujur dari
arah barat ke timur yang membentang antara Kendari dan Kolaka yang diisi
dataran Aluvial yang berawa sedangkan di bagian selatannya berupa pegunungan
dan bukit-bukit yang teratur dengan membujug barat ke timur.
4.
Lengan
Selatan
Bagian sulawesi selatan merupakan
daerah yang dibatasi oleh garis enggara-baratlauit dari muara sungai Karama
sampai Palopo. Batas lengan utara dari garis timur laut-barat daya dari palopo
sampai teluk Mandar. Namun secara geologis bagian barat lengan sulawesi tengah
termasuk Pegunungan Quarles yang lebih dekat hubungnnya dengan bagian selatan
dengan lempeng selatan. Fisiografi lengan selatan berupa pegunungan seperti
pegunungan yang ada di antara Majene yang membujur utara-selatan, antara
pegunungan Quarles dengan pegunungan Latimojong dipisahkan oleh lembah Sadang
dan diantara lembah Sadang dan teluk Bone terdapat Pegunungan Latimojong yang
membujur dari utara ke selatan dengan ketinggian sekitar 3000 mdpl. Pada bagian
utara dan selatan lengan ini dipisahkan oleh depresi dengan arah
baratlau-tenggara yang terdapat danau-danau seperti Tempe, Sidenreng, dan danau
Buaya. Pada bagian selatannya lengan ini mempunyai ketinggian yang lebih rendah
jika dibandingkan dengan bagian utara. Di daerah ini ada dua jalur pegunungan
yaitu di bagian barat dengan ketinggian diatas 1000 mdpl dan bagian timur
dengan ketinggian 800 mdpl yang dipisahkan oleh lembah Sungai Walaneia. Kedua
jalur pegunungan tersebut di sebelah selatan pegunungan Bontorilni, bersatu
sebagai hulu sungai Walaneia yang mengalir ke utara tertutup oleh vulkan besar
Lampobatang. Sedangkan di luar pantai Makasar terdapat dangkalan Spermonde
dengan rangkaian karang, dan di luar pantai Watampone terdapat dangkalan dengan
rangkaian karang, laut dangkal dan sebelah baratnya menurun sampai palung Bone.
5.
Sulawesi Tengah
Keempat lengan dari pulau Sulawesi
bertemu di bagian tengah. Bagian ini di batasi oelh garis yang melalui
Donggala-parigi-Lemore Teluk Tomini dari lengan utara dan timur, garis dari
Mojene-palopor Dongi sampai teluk Temori membatasi dengan lengan selatan dan
tenggara. Bagian tengah Sulawesi terbagi dalam tiga zona yang memiliki
perkembangan Geologi yang berbeda dan mengarah utara-selatan. Ketiga zona
tersebut adalah :
1. Zona Palu, merupakan busur dalam
vulkanis, tetapi telah padam, zona ini bersatu ke utara dengan Sulawesi utara
dan selatan dengan Sulawesi selatan Batuan utama seperti grafik.
2. Zona Poso, emrupakan palung antara
yang seperti Grnit dan endapan sediment pantai batuan metamosif dengan endapan
konglomerat, batu pasar dan letaknya tidak selaras diatas batuan metamotif.
3. Zona Kolondale, merupakan busur luar
dengan dicirikan oleh batuan ultra basa, batuan segimen yang terdiri dari
gamping dan batu api usia mesozaikum.
Berdasarkan
geologinya, lengan timur dan tenggara di dominasikan oleh batuan malihan dan
afiolit yang terobdaksi pada miosen ke atas. Mandala timur, Benua mini
banggai-Sulawesi berasal dariAustralia dan berumur Palezoikum-Mesozoikum.
Sedangkan pada lengan selatan di dominasi oleh batuan gunung api dan lengan
selatan di dominasik oleh batuan gunung api dan terobosan Miosen lebih muda
yang membentuk sabuk lipatan diatas tepi bagian timur daratan sunda. Pada
bagian tengah pulau Sulawesi didominasi batuan yang berasal dari aktivitas
volkanik seperti granit. Sedangkan pada lengan utara di dominasi oleh batuan
metamorf seperti Sekis Kristalin dan Phelit. Dilihat dari Geologi regional di
lengan selatan pulau Sulawesi yang terdapat formasi latimojong yang terdiri
atas batuan batu lava, batu pasir termetakan, batuan sabak, filit dan sekis
merupakan formasi batuan yang mirip dengan geologi Kalimantan Barat yaitu
tepian benua yang terbentuk oleh proses penunjaman. Sehingga diperkirakan
Sulawesi dan Kalimantan, dulunya merupakan satu kesatuan daratan lempeng
Eurasia.
Proses
Geologi Pembentukan Pulau Sulawesi
1. Zaman Paleozoikum
Pada
periode Perm (280 Ma.) semua daratan menjadi satu benua yaitu benua Pangea.
2. Zaman Mesozoikum
a.
Pada periode Trias (250 Ma),
pecahnya Pangea menjadi dua yaitu Laurasia dan Gondwana. Laurasia meliputi
Amerika Utara, Eropa dan sebagian besar Asia sekarang. Sampai beberapa tahun
belakangan ini pandangan yang umum diterima dalam sejarah geologi adalah bahwa
Indonesia dan wilayah sekitar bagian barat (Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa,
Kalimantan dan bagian barat Sulawesi) merupakan bagian benua Laurasia, yang
belum lama berselang masih terpisahkan dari bagian timur ( bagian Timur
Sulawesi, Timor, Seram, Buru, dan seterusnya) yang merupakan bagian benua
Gondwana.
b. Pada Periode Jura (215 Ma.), Bagian
barat Sulawesi bersama sama dengan Sumatera, Kalimantan, dan daratan yang
kemudian akan menjadi kepulauan lengkung Banda dianggap terpisahkan dari antartika
dalam pertengahan zaman Jura, atau dengan kata lain, Bagian barat Indonesia
bersama dengan Tibet, Birma Thailand, Malaysia dan Sulawesi Barat, terpisah
dari benua Gondwana.
3. Zaman Konozoikum
a.
Pada kurun Eosen (60 Ma) Australia
terpisah dari Antartika, vulkanisme mulai timbul di bagian barat Sulawesi.
b. Pada kurun Oligosen (40 Ma), Posisi
Indonesia bagian barat dan Sulawesi bagian barat, posisinya seperti posisi
sekarang.
c.
Pada kurun Miosen (25 Ma),
Australia, Irian dan bagian timur Sulawesi barangkali terpisahkan dari Irian
sebelum bertabrakan dengan Sulawesi bagian barat, pada zaman pertengahan miosen
dimana mulai munculnya daratan. Dimana Australia, Sulawesi Timur dan Irian
terus bergarak ke utara kira kira 10 cm pertahun.
Peristiwa yang paling dramatik dalam
sejarah geologi Indonesia terjadi dalam kurun Miosen, ketika lempeng Australia
bergerak ke Utara mengakibatkan melengkungnya bagian timur, lengkung Banda ke
Barat. Gerakan ke arah barat ini digabung dengan desakan ke darat sepanjang
sistem patahan Sorong dari bagian barat Irian dengan arah timur barat, mengubah
kedua masa daratan yang akan menghasilkan bentuk khas Sulawesi yang sekarang.
Diperkirakan tabrakan ini terjadi pada 19-13 Ma yang lalu. Kepulauan Banggai
Sula bertabrakan dengan Sulawesi timur dan seakan akan menjadi ujung tombak
yang masuk ke Sulawesi barat, yang menyebabkan semenanjung barat daya berputar
berlawanan dengan arah jarum jam sebesar kira kira 35 derajat, dan bersama itu
membuka teluk Bone. Semenanjung Utara memutar ujung utaranya menurut arah jarum
jam hampir sebesar 90 derajat ,yang menyebabkan terjadinya subduksi (penempatan
secara paksa suatu bagian kerak bumi di bawah bagian lain pada pertemuan dua
lempeng tektonik), sepanjang Alur Sulawesi Utara dan Teluk Gorontalo. Dan
Obduksi (penempatan secara paksa suatu bagian kerak bumi diatas bagian lain
pada pertemuan dua lempeng tektonik), batuan ultra basis di Sulawesi timur dan
tenggara diatas reruntuhan pengikisan atau endapan batuan yang lebih muda yang
bercampur aduk.
Diperkirakan juga bahwa, Sulawesi
barat bertabrakan dengan Kalimantan timur pada akhir Pliosen (3 Ma yang lalu)
yang sementara itu menutup selat Makasar dan baru membuka kembali dalam periode
Kwarter, meskipun tidak ada data pasti yang menunjang pendapat ini. Endapan
tebal dari sebelum Miosen di selat Makasar memberikan petunjuk bahhwa
Kalimantan dan Sulawesi pernah terpisahkan sekurang-kurangnya 25 Ma. dalam
periode permukaan laut rendah, mungkin sekali pada masa itu terdapat pulau-pulau
khususnya di daerah sebelah barat Majene dan sekitar gisik Doangdoang. Di
daerah Doangdoang, penurunan permukaan air laut sampai 100 m. akan menyebabkan
munculnya daratan yang bersinambungan antara Kalimamantan tenggara dan Sulawesi
barat daya. Biarpun demikian, suatu pengamatan yang menarik ialah bahwa garis
kontur 1000 m di bawah laut di sebelah timur Kalimantan persis sama dengan
garis yang sama di Sulawesi barat, sehingga mungkin selat Makasar dulu hanya
jauh lebih sempit.
Sulawesi meliputi tiga propinsi
geologi yang berbeda-beda, digabung menjadi satu oleh gerakan kerak bumi.
Propinsi-propinsi tersebut adalah Sulawesi barat dan timur yang dipisahkan oleh
patahan utara barat laut antara Palu dan Teluk Bone (patahan Palu Koro), serta
Propinsi Banggai Sula yang mencakup daerah Tokala di belakang Luwuk dan
Semenanjung Barat laut, Kepulauan Banggai, pulau Buton dan Kep. Sula (yang
kenyataannya merupakan bagian Propinsi Maluku).
3.
Stratigrafi Pulau Sulawesi
Urut-urutan
stratigrafi dari muda hingga tua sebagai berikut :
a.
Endapan alluvium,
b.
Endapan teras (Kuarter),
c.
Batuan tufa (Pliosen – Kuarter),
d.
Batuan sedimen termetamorfose rendah
dan batuan malihan yang keduanya termasuk Formasi Tinombo (Kapur Atas – Eosen
Bawah),
e.
Batuan gunungapi (Kapur Atas –
Oligosen Bawah) yang menjemari dengan Formasi Tinombo,
f.
Batuan intrusi granit (Miosen Tengah
– Miosen Atas) ditemukan menerobos batuan malihan Formasi Tinombo.
Tatanan geologi P. Banggai dan P. Labobo disusun oleh 7
satuan batuan, yang dikelompokkan dari satuan tertua hingga muda sebagai
berikut :
a. Kompleks batuan malihan adalah
satuan batuan tertua yang terdiri dari sekis, gneis dan kuarsit berwarna kelabu
dan kehijauan, berumur Karbon.
b. Granit Banggai yang terdiri dari
granit, granodorit, diorit kuarsa dan pegmatit. Bentang alam satuan batuan
granit ini memperlihatkan bentuk morfologi bergelombang dengan permukaan
relatif halus membulat.
c. Sedimen Formasi Bobong (Jbs). Satuan
batuan konglomerat dan batu pasir yang diendapkan tidak selaras diatas Granit,
Formasi ini diduga berumur Jura Awal sampai Jura Tengah.
d. Batu gamping klastik, berwarna putih
bersih hingga kotor kecoklatan, ukuran butir pasiran (relatif seragam) sebagai
kalkarenit hingga kalsirudit. Dari kumpulan fosil yang dikandungnya, berumur
dari Eosen sampai Miosen Tengah, tersebar luas dan hampir terdapat di seluruh
P. Banggai.
e. Batugamping Salodik (Tems) Adalah batugamping fragmen dengan
ukuran Formasi Tems).
f. Batugamping terumbu Formasi Peleng
(QL): Endapan batuan berumur kuarter yang penyebaran tidak merata, sebagian
berupa batugamping konglomeratan, berwarna putih kotor hingga kecoklatan,
setempat berongga-rongga, tidak berlapisdan keras.
g. Aluvium: Satuan batuan termuda
daerah ini adalah, terdiri atas lumpur, lempung, pasir dan kerikil, berupa
endapan permukaan sungai dan di sekitar pantai, diantaranya terdapat di pantai
Lambako-Pasir putih yang merupakan muara Sungai Selangat dan Paisu M.